Lompat ke isi

Situs bersejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Salah satu situs bersejarah paling terkenal di Eropa, kota Romawi kuno Pompeii.

Situs bersejarah atau tapakan warisan merupakan sebuah lokasi resmi di mana bagian sejarah, militer, budaya, atau sosial dilestarikan karena nilai warisan budaya tersebut. Situs bersejarah biasanya dilindungi oleh hukum, dan banyak yang telah diakui dengan status resmi situs bersejarah nasional. Situs bersejarah dapat berupa bangunan, lanskap, situs atau struktur apapun yang memiliki makna lokal, regional atau nasional.

Pengunjung situs bersejarah

[sunting | sunting sumber]

Situs bersejarah dan situs warisan sering dipelihara untuk anggota masyarakat agar dapat dikunjungi. Pengunjung dapat bernostalgia ke masa lalu, karena ingin belajar tentang warisan budaya mereka, atau minat umum untuk belajar tentang konteks situs bersejarah.[1][2] Banyak situs menawarkan tur berpemandu bagi pengunjung,[2] yang dilakukan oleh staf situs yang terlatih.[3] Sebuah situs mungkin juga memiliki pusat pengunjung dengan arsitektur dan fasilitas yang lebih modern, yang berfungsi sebagai pintu gerbang antara dunia luar dan situs bersejarah, dan memungkinkan pengunjung untuk mempelajari beberapa aspek bersejarah dari situs tersebut tanpa mengekspos lokasi secara berlebihan yang mungkin memerlukan perawatan rumit.[4]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Alderson, William T.; Low, Shirley Payne (1985-01-01). Interpretation of Historic Sites. Rowman Altamira. ISBN 9780761991625. 
  2. ^ a b Levy, Barbara Abramoff; Lloyd, Sandra Mackenzie; Schreiber, Susan Porter (7 February 2002). Great Tours!: Thematic Tours and Guide Training for Historic Sites. Rowman Altamira. hlm. xii. ISBN 9780759116757. 
  3. ^ Metin Kozak, Luisa Andreu, Progress in Tourism Marketing (2013), p. 134.
  4. ^ Taheri, Babak; Jafari, Aliakbar; O'Gorman, Kevin. "Keeping your audience: Presenting a visitor engagement scale". Tourism Management. 42: 321–329. doi:10.1016/j.tourman.2013.12.011. 

Bacaan selanjutnya

[sunting | sunting sumber]